LOCUSONLINE.CO – Destinasi wisata pendakian gunung di Kabupaten Garut, Jawa Barat (Jabar), yang sebelumnya sempat ditutup akibat kebakaran hutan, kini sudah dibuka kembali untuk umum seiring momentum libur akhir tahun.
“Iya, tidak ada penutupan,” kata Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah V Garut Dodi Arisandi saat dihubungi melalui telepon seluler di Garut, Selasa (26/12/2023).
Ia menuturkan kawasan gunung yang boleh didaki umum berada dalam kewenangan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yakni Gunung Papandayan di Kecamatan Cisurupan dan Gunung Guntur di Kecamatan Tarogong Kaler. Sedangkan Gunung Cikuray wilayah kewenangan Perhutani.
Selama ini libur panjang akhir tahun, kata dia, belum terpantau ramai wisatawan mendaki Gunung Papandayan maupun Gunung Guntur via Jalur Citiis, Desa Pasawahan, Kecamatan Tarogong Kaler.
Ia mengimbau siapa saja yang melakukan pendakian untuk selalu memperhatikan keselamatan dan tidak memaksakan diri apabila tidak dilengkapi peralatan yang memadai.
Selain itu Dodi mengimbau agar wisatawan menjaga lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, dan tidak membakar atau membuat api sembarang tempat untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan.
“Jangan membakar dan buat api sembarangan,” ujarnya.
Sementara tu Kepala Polsek Cisurupan Iptu Asep Saepudin menyatakan sejak libur Natal cukup banyak wisatawan yang datang ke Taman Wisata Alam Gunung Papandayan untuk sekadar pendakian maupun berkemah, seperti di Pondok Saladah.
Karena itu ia mengimbau masyarakat yang hendak melakukan pendakian agar memperhatikan kondisi kesehatan dan mematuhi aturan yang berlaku, seperti menggunakan jalur pendakian yang sudah disiapkan demi keamanan dan keselamatan.
Manager Operasional PT AIL yang mengelola Taman Wisata Alam Gunung Papandayan Garut, Amin Karo, mengatakan biaya untuk pengunjung Gunung Papandayan hanya Rp30 ribu per orang untuk pendakian dan Rp65 ribu per orang untuk berkemah. (*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI CHANEL YOUTUBE LOCUSONLINE.CO YA!
Trusted source for uncovering corruption scandal and local political drama in Indonesia, with a keen eye on Garut’s governance issues