LOCUSONLINE.CO, Garut – Pembangunan di Kabupaten Garut mengalami kemajuan yang signifikan, sehingga Garut menjadi salah satu daerah yang dibidik berbagai investor. Dari sekian banyak pembangunan, diantaranya pembangunan Sarana Olah Raga (SOR) Ciateul.
Di SOR Ciateul berada di kawasan yang luas dengan lokasi sangat strategis. Sarana dan prasarana yang dibangun Pemkab Garut terdiri dari Stadion Sepak Bola, Aquatik, Atletik, Joging Track dan Sport Hall yang dibangun di satu kawasan.
Bangunan kawasan SOR Ciateul sangat megah, sehingga menyedot anggaran hingga ratusan miliar. Kendati telah memakan “korban” yakni salah satu mantan dan beberapa pejabat masuk penjara karena terbukti melakukan melanggar Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, pada kasus pembangunan Sport Hall, namun akhirnya gedung ini bisa dinikmati masyarakat pecinta olahraga.
Seiring dengan pembangunan SOR Ciateul yang megah dan lengkap, ternyata masyarakat tidak bisa begitu saja memasuki dan menikmati semua arena yang ada. Pasalnya, masyarakat diwajibkan membayar retribusi.
Hal itu diberlakukan Pemkab Garut dikarenakan biaya pengelolaan dan pemeliharaan SOR Ciateul membutuhkan biaya yang sangat besar. Lalu berapa biaya retribusi yang diterapkan Pemkab Garut ? serta berapa Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang ditargetkan Pemkab Garut ?
Ditemui di ruang kerjanya, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Garut, Drs. Ade Hendarsyah, MM mengatakan, target PAD untuk semua fasilitas olah raga di Kabupaten Garut, termasuk SOR Ciateul sebesar Rp 1.035.000.000. Namun target PAD ini tidak tercapai disebabkan masih terjadi tahapan pembangunan.
“Pembangunan SOR Ciateul masih belum tuntas 100 persen, masih banyak pembangunan yang masih berjalan. Sehingga, masih banyak kendala untuk menarik PAD. Tahun 2023 PAD tidak tercapai dan tahun ini besaran PAD yang ditargetkan sama persis dengan tahun lalu,” ujar Ade, Selasa (19/03/2024).
Ade mengakui, PAD yang diperoleh SOR Ciateul dan Kerkof belum mencapai target. PAD dari Kerkof sekitar Rp 400 juta dan sekitar Rp 600 juta dari SOR Ciateul. Peningkatan kunjungan SOR Kerkof terjadi setelah dilengkapi dengan rumput sintetis.
“Saat ini SOR Kerkof sudah sangat nyaman dan menjadi salah satu lokasi terfavorit bagi masyarakat Garut, sehingga mengalami kunjungan yang signifikan. Namun disaat proses pembangunan berjalan, pendapatan mengalami penurunan. Saat ini sudah normal,” terangnya.
Menurut Ade, biaya pengelolaan untuk SOR yang ada dibawah Dispora cukup besar, termasuk Kerkof dan khususnya SOR Ciateul. Biaya yang harus dikeluarkan mencapai Rp 800 juta. Biaya tersebut diantaranya untuk membayar listrik dan air sampai puluhan juta perbulannya.
“Tahun ini kita agak kerepotan untuk memenuhi biaya pengelolaan, karena biaya fiskal Pemkab Garut banyak tersedot oleh dana pemilu dan pembayaran P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Sehingga kita berusaha maksimal dengan menggunakan anggaran seadanya,” ungkapnya.
Ade menjelaskan, semenjak SOR Ciateul diaktifkan dan banyak digunakan untuk aktivitas atlet, maka banyak biaya yang dikeluarkan. “Kalau banyak kegiatan kan banyak juga penggunaan listrik dan air. Itu semua mengeluarkan biaya yang cukup besar,” katanya. (asep ahmad)