LOCUSONLINE, PURWAKARTA – Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Burhani di Tegaljati, Desa Cibogohilir, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta memiliki strategi untuk memberikan bekal kepada para santri setelah mereka keluar dari pesantren. Salah satu yang diajarkan kepada mereka adalah kerajinan bisnis interior. Kamis, 21/ 3/ 2024
Para santri diajarkan tentang penggunaan aplikasi desain, mengaplikasikan hasil desain menjadi bentuk nyata, dan bahkan memproduksi interior modern berbahan kayu untuk dijual. Semua ini dilakukan dalam waktu luang mereka di antara kegiatan menuntut ilmu agama.
Program pembelajaran interior ini dimulai sejak tahun 2020. Tujuan dari program ini adalah untuk membantah anggapan bahwa santri hanya mampu belajar ilmu keagamaan dan untuk mewujudkan santripreneur yang bisa berkarya.
“Puji syukur, di sini santri tidak hanya belajar agama, tetapi juga diajarkan tentang dunia agar mereka bisa menjadi santripreneur. Artinya, kita hidup di dunia ini juga penting untuk berbisnis karena seringkali santri dianggap sebelah mata,” kata Muhammad Hilman Aziz Nafis, pengurus pesantren, saat ditemui di rumah produksi di area pondok pesantren.
Hilman menjelaskan bahwa para santri belajar secara otodidak tanpa bantuan ahli profesional. Namun, berkat ketekunan mereka, mereka mampu bersaing dengan para profesional. Mereka diajarkan keterampilan tangan seperti mengukur, memotong, mengelem, menghaluskan, menyusun, dan memasang langsung.
Menurut Hilman, keterampilan ini sangat bermanfaat bagi kehidupan para santri di masa depan dan membuat mereka mandiri dalam bidang ekonomi. Para santri telah berhasil memproduksi berbagai macam produk interior, bahkan saat ini mereka menerima banyak pesanan dari pondok pesantren, perkantoran, sekolah, dan rumah tangga. Beberapa produk yang mereka hasilkan antara lain kitchen set, living room, hiasan dinding, dan masih banyak lagi.
“Setelah mendapatkan pendapatan, kami menggunakan sebagian untuk kemanfaatan pesantren, seperti untuk kepentingan para guru ngaji dan juga memberikan gaji kepada anak-anak yang kurang mampu agar mereka bisa bekerja di pesantren,” tambahnya.
Saat ini, pihak pesantren memanfaatkan media sosial untuk pemasaran produk mereka. Banyak pemesan datang dari luar kota, dan para santri memproduksi sesuai pesanan dengan sistem pre-order.
Muhammad Ardan Murdiansyah, seorang santri asal Kecamatan Cibatu, Purwakarta, yang telah menjalani pesantren selama enam tahun, merasa beruntung bisa mempelajari dunia interior karena akan menjadi bekalnya ketika keluar dari pesantren.
“Sekarang saya duduk di kelas 2 SMA. Di sini saya belajar ilmu agama dan juga ilmu dunia, salah satunya adalah bidang interior. Kami diajarkan berbagai macam bidang interior, seperti hiasan dinding, wadah kitab, rak sepatu, dan lemari. Tentunya, ini sangat bermanfaat karena di masyarakat kita tidak hanya mengamalkan ilmu agama, tetapi juga bisa mengamalkan bisnis seperti interior ini,” ungkap Ardan.
Editor: Red