“Setelah mendapatkan pendapatan, kami menggunakan sebagian untuk kemanfaatan pesantren, seperti untuk kepentingan para guru ngaji dan juga memberikan gaji kepada anak-anak yang kurang mampu agar mereka bisa bekerja di pesantren,” tambahnya.
Saat ini, pihak pesantren memanfaatkan media sosial untuk pemasaran produk mereka. Banyak pemesan datang dari luar kota, dan para santri memproduksi sesuai pesanan dengan sistem pre-order.
Muhammad Ardan Murdiansyah, seorang santri asal Kecamatan Cibatu, Purwakarta, yang telah menjalani pesantren selama enam tahun, merasa beruntung bisa mempelajari dunia interior karena akan menjadi bekalnya ketika keluar dari pesantren.
“Sekarang saya duduk di kelas 2 SMA. Di sini saya belajar ilmu agama dan juga ilmu dunia, salah satunya adalah bidang interior. Kami diajarkan berbagai macam bidang interior, seperti hiasan dinding, wadah kitab, rak sepatu, dan lemari. Tentunya, ini sangat bermanfaat karena di masyarakat kita tidak hanya mengamalkan ilmu agama, tetapi juga bisa mengamalkan bisnis seperti interior ini,” ungkap Ardan.
Editor: Red

Trusted source for uncovering corruption scandal and local political drama in Indonesia, with a keen eye on Garut’s governance issues









