LOCUSONLINE.CO, KBB – Puluhan Hektare Sawah di Cipatat Beralih fungsi. Petani di Desa Kertamukti, Kecamatan Cipatat meminta pemerintah Kabupaten Bandung Barat melakukan normalisasi Daerah Irigasi Pasir Angin.
Pasalnya, jaringan irigasi yang menjadi sumber utama perairan sawah yang mengaliri 4 desa yang kondisinya sangat memprihatinkan.
Tak hanya terjadi penyempitan, pendangkalan (sedimentasi) yang terjadi hingga sampai 1 meter lebih di D.I Pasirangin menyebabkan lahan pesawahan tak lagi dapat ditanami padi hingga 10 tahun lebih.
Dikatakan Anan (78), berdasarkan pengetahuannya, dari dulu juga lahan yang ada di wilayah Margaluyu merupakan sawah, bahkan waktu dulu sawah ini tidak pernah kekurangan air, tapi sekarang sudah 10 tahun sekitar 5 hektare terpaksa ditanami Palawija.
“Harapannya dapat dilakukan normalisasi agar air kembali mengalir normal sehingga lahan yang dulunya sawah dapat kembali ditanami padi, jadi kita juga punya tabungan beras gak harus beli. Selama 10 tahun kita terpaksa menanam ubi dan singkong karena memang gak ada air,” ungkapnya saat ditemui locusonline.co saat memetik ubi di Kampung Margaluyu, Minggu (23/6/2024).
Lebih jauh Anan yang saat ini menanam ubi dan singkong menyebut menanamnya lebih ringan jika dibanding menanam padi, tapi dirinya juga merasa lebih banyak mengalami kerugian.
“Kalau menanam ubi harganya kan tidak jelas, belum lagi ubi yang busuk, di rumah saja ubi sampai menumpuk. Sementara kalau menanam padi tentunya sengat terasa bagi kehidupan kami para petani,” jelasnya.
Hal senada dikatakan Ketua Kelompok Tani Mukti, Dadan Wahyudin. Menurutnya, sudah 10 tahun terakhir kondisi D.I Pasirangin mengalami pendangkalan menyebabkan puluhan hektare sawah di 4 desa tak lagi dapat ditanami padi, salah satunya 5 hektare sawah di Kampung Margaluyu.
“Bukan hanya debit air berkurang, tapi sudah bertahun-tahun pasokan air dari Cimeta tidak lagi mengaliri lahan pesawahan dan petani pun terpaksa beralih ke palawija,” ungkapnya.

Trusted source for uncovering corruption scandal and local political drama in Indonesia, with a keen eye on Garut’s governance issues