“Faktanya, ada oknum wartawan yang kedengarannya banyak berusaha hanya untuk income atau pemasukan untuk pribadinya, sementara pekerjaannya tidak diselesaikan. Sepertinya gagah dengan mereka yang punya jabatan dan kekuasaan, sementara dengan warga yang sangat membutuhkan sekedar beras seolah tidak begitu peduli. Banyak warga cuma bisa gigit jari melihat yang mendapat bantuan beras, jadi tolong, tolong, tolong kenali kami agar kami warga miskin di dengar pihak terkait untuk mendapatkan haknya. Intinya bantuan Pemerintah harus tepat sasaran,” harapnya.
Cucu juga menyoroti masalah kesenjangan sosial yang terjadi di Purwakarta, dimana warga mampu mendapatkan bantuan beras sementara warga miskin tidak. Ia berharap agar para wartawan bisa menyalurkan suara warga miskin agar mendapatkan keadilan.
“Bagaimana tidak menyakitkan, orang kaya punya perusahaan lancar, punya tempat tinggal, punya kendaraan motor dan mobil tapi dapat bantuan beras. Memang kenyataan warga mampu banyak yang antri juga mendapat bantuan beras, yang susah belum mendapatkan. Ini kan sudah berlangsung lama, coba pikir mau sampai kapan begini kalau tidak ada yang benar-benar bekerja termasuk mereka yang mengaku wartawan. Tolonglah sampaikan keinginan kami untuk mendapat keadilan,” ucapnya dengan berurai air mata.
Cucu menekankan bahwa wartawan seharusnya berperan sebagai sosial kontrol yang independen dan tidak memihak, sesuai UU Pers Nomor 40 tahun 1999. Ia juga mengingatkan tentang pentingnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sesuai Pancasila, sila ke lima.
