Ia menekankan pentingnya mengenalkan sejarah dan permainan tradisional kepada anak-anak di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
“Di era digital dan kecerdasan buatan (AI) ini, sebaiknya muatan lokal di sekolah tetap ada. Jika permainan tradisional tetap hidup, budaya kita akan semakin indah dan kaya,” katanya.
Diskusi ini ditutup dengan pertunjukan seni jedoran yang disambut antusias oleh para peserta. Hal ini semakin menguatkan optimisme bahwa seni budaya tradisional masih memiliki tempat di hati masyarakat.
Ketua Lesbumi PCNU Blora, Dalhar Muhammadun, dalam sambutannya menyampaikan bahwa acara sarasehan budaya merupakan salah satu program unggulan Lesbumi.
“Lesbumi punya tiga program unggulan. Melestarikan seni kentrung yang hampir punah, memperkuat literasi pesantren dan menggairahkan seni kaligrafi,” kata dia.
Dalhar juga menjelaskan pentingnya membahas tema ‘Membaca Sejarah Islam di Blora: Era Mataram dan Pra Kemerdekaan’ karena banyak masyarakat muslim yang belum memahami tentang sejarah masa itu.
“Sarasehan ini harapannya dapat memantik, peneliti atau yang hadir di sini akan mengkaji sejarah Islam di Blora, era Mataram dan pra kemerdekaan,” terang Dalhar.
Acara ini dihadiri oleh tokoh budaya, sejarawan, serta para pecinta seni.
Pewarta: Sahid Simon
Editor: Bhegin
