Haeruman berharap di 2025 jumlah petani milenial dapat bertambah, sehingga bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan produktivitas pangan. “Insya Allah mudah-mudahan bertambah, dan kita terus berupaya,” katanya.
Muhamad Ridwan (28), petani muda dan pengelola agrowisata Eptilu di Kecamatan Cikajang, Garut, mengatakan bahwa sektor usaha pertanian sudah seharusnya mendapatkan perhatian anak muda, apalagi Garut memiliki potensi sumber daya alam yang memadai. Produk pertanian di Garut sudah cukup banyak diterima di pasaran lokal, maupun kota besar lainnya di Jakarta dan sekitarnya, bahkan penjualannya ada yang sampai ke luar Jawa.
Namun, kendala dalam bisnis pertanian tidak hanya faktor cuaca atau hama, melainkan terkait harga jual beberapa komoditas pertanian yang tidak tetap. Ketika harga di pasaran anjlok, seperti cabai, tomat, dan jenis sayuran lainnya, petani akan mengalami kerugian.
Ridwan berharap pemerintah bisa menetapkan kebijakan stabilitas harga minimum produk komoditas pangan agar petani tidak rugi akibat harga jual di pasaran anjlok jauh dari biaya tanam yang dikeluarkan petani.
“Untuk solusinya agar petani tidak rugi, maka pemerintah perlu ada kebijakan ketetapan stabilitas harga minimum, sehingga ada kepastian bagi petani,” katanya.
Editor: Bhegin
