Sebagai alternatif dari pelarangan total, sekolah-sekolah di Kota Bandung akan didorong untuk meningkatkan kegiatan interaksi sosial antar siswa dan mempromosikan permainan tradisional seperti angklung sebagai bentuk edukasi yang lebih bermakna. Selain itu, Wali Kota Farhan juga mengusulkan agar guru-guru memberikan contoh dengan membatasi penggunaan HP hanya di ruang guru.
“Kita harus memberi contoh kepada anak-anak. Ini belum keputusan, baru wacana, dan masih akan kita bahas lebih lanjut,” ujar Farhan.
Usulan lain yang dipertimbangkan adalah pembatasan waktu tunggu orang tua di luar sekolah. Dedi Mulyadi berpendapat bahwa tindakan ini dapat membantu membangun kemandirian anak sejak dini.
Wali Kota Farhan mendukung ide tersebut dengan menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian serius. Ia menegaskan bahwa Pemerintah Kota Bandung akan mempertimbangkan baik manfaat maupun mudarat dari setiap usulan sebelum mengambil keputusan final.
“Dua wacana ini adalah wacana penting dalam menjalankan pendidikan karena pendidikan kita harus berlandaskan pendidikan karakter,” tambahnya. (**)
Pembahasan terkait larangan HP di sekolah ini menunjukkan komitmen Pemerintah Kota Bandung untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif dan mendukung perkembangan anak secara holistik.
Namun, perlu ditekankan bahwa proses pengambilan keputusan harus melibatkan semua pihak, termasuk orang tua, guru, siswa, dan ahli pendidikan, guna memastikan kebijakan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat Kota Bandung.