
LOCUSONLINE, JAKARTA – Sejak era pasca-Soeharto, peran Islam dalam kebijakan politik luar negeri Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Era Soeharto lebih fokus pada kebijakan bebas-aktif, developmentalisme, dan solidaritas ASEAN, sehingga peran Islam hanya muncul terbatas dalam isu-isu seperti konflik Serbia-Bosnia dan Israel-Palestina.Perubahan signifikan terjadi pasca-Tragedi 9/11. Munculnya gerakan terorisme dan kampanye “Islam moderat” oleh negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, mendorong Indonesia untuk memperkuat peran Islam dalam diplomasi global.
Islam Moderat sebagai Strategi Global
Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadikan “Islam moderat” sebagai identitas baru dalam kebijakan politik luar negeri Indonesia. SBY aktif mempromosikan konsep ini di berbagai forum internasional, bahkan mendapat dukungan dari pemimpin dunia seperti Barack Obama dan Hillary Clinton.
Indonesia diposisikan sebagai negara yang mempromosikan toleransi, modernitas, dan demokrasi dalam konteks Islam. SBY juga melibatkan organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah dalam diplomasi global.
Kepentingan Politik Domestik di Balik Islam Moderat
Meskipun SBY aktif mengkampanyekan Islam moderat di tingkat global, banyak pihak menilai bahwa tujuannya lebih banyak terkait dengan kepentingan politik domestik.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”