Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, Dudi Prayudi menjelaskan bahwa TPST Babakan Siliwangi saat ini mampu mengolah sekitar 5 ton sampah per hari, sebagian diolah menjadi Refuse-Derived Fuel (RDF) untuk industri tekstil.
Namun, kapasitas tersebut masih jauh dari cukup untuk mengatasi produksi sampah kota yang mencapai 1.000 ton per hari. Tantangan semakin besar menjelang Lebaran, dimana volume sampah cenderung meningkat signifikan.
Dudi Prayudi mengakui keterbatasan TPST dan TPA dalam menampung seluruh sampah kota Bandung. Ia menekankan perlunya solusi alternatif agar sampah tidak menumpuk dan menciptakan dampak lingkungan yang lebih buruk.
Pemkot Bandung saat ini memiliki lima TPST yang beroperasi di berbagai lokasi, termasuk Babakan Siliwangi. Penutupan TPST secara langsung sulit dilakukan mengingat perannya yang krusial dalam pengelolaan sampah kota. Namun, Pemkot berkomitmen untuk mencari solusi yang lebih baik, baik dalam hal lokasi maupun teknologi pengolahan sampahnya.
Dilema ini menunjukkan kompleksitas masalah pengelolaan sampah di kota besar seperti Bandung. Dibutuhkan kolaborasi dan dialog intensif antara pemerintah, seniman, budayawan, dan masyarakat untuk menemukan solusi terbaik yang menyeimbangkan kebutuhan kota dengan kelestarian lingkungan dan warisan budaya.