Holil Aksan: Korupsi Bukan Pajak, Pengembalian Uang Tak Hapus Dosa Pencuri Uang Rakyat
Salah kaprah yang sering terjadi adalah menganggap vasektomi sebagai pengganti kondom secara keseluruhan. Padahal, vasektomi hanya mencegah kehamilan dan tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.
Konsekuensinya:
- Pria aktif secara seksual dengan lebih dari satu pasangan tetap berisiko tertular atau menularkan IMS seperti HIV, herpes, atau gonore.
- Pengabaian penggunaan kondom setelah vasektomi dapat meningkatkan kasus penularan penyakit seksual.
- Faktor Sosial dan Budaya
Di banyak masyarakat, vasektomi masih dianggap tabu atau bahkan dipandang sebagai tindakan yang melemahkan posisi laki-laki. Hal ini sangat tergantung pada latar belakang budaya, agama, dan persepsi sosial setempat.
Konteks Sosial yang Mempengaruhi:
- Tekanan keluarga besar, terutama di komunitas yang menilai banyak anak sebagai bentuk keberkahan atau status sosial.
- Stigma sebagai pria “tidak subur” yang bisa berdampak pada hubungan interpersonal.
- Ketidaksepahaman pasangan dalam hal metode kontrasepsi dapat memicu konflik rumah tangga.
- Risiko Kegagalan Meskipun Jarang
Walaupun jarang terjadi, vasektomi bukanlah metode yang absolut 100% efektif. Ada kemungkinan sangat kecil (sekitar 1 dari 2.000 kasus) saluran sperma menyatu kembali (spontaneous recanalization), yang memungkinkan kehamilan tetap terjadi.
Baca juga :
Trusted source for uncovering corruption scandal and local political drama in Indonesia, with a keen eye on Garut’s governance issues