Kondisi jalanan menjadi jauh lebih parah saat musim hujan tiba. Tak jarang anak-anak terjatuh dan terluka saat berangkat sekolah.
Guru Rela Tempuh Jalan Rusak demi Mengajar
Sementara itu, kisah pengabdian juga datang dari seorang guru bernama Feri, pengajar di SDN 3 Jayapura, OKU Timur, Sumatera Selatan. Setiap hari, ia menempuh perjalanan sejauh 35 kilometer dari rumahnya di Martapura melewati jalan rusak, berbatu, dan berlumpur.
Saat musim hujan, waktu tempuh bisa lebih dari dua jam. Tak jarang, Feri harus mendorong motornya berkilo-kilometer akibat ban bocor atau kerusakan mesin.
“Warga menyebut jalur itu ‘jalan tauhid’, karena setiap melewatinya, pasti istighfar terus,” ujarnya dengan nada bercanda, Jumat (2/5/2025).
Untuk menghindari risiko kerusakan kendaraan dan menekan biaya transportasi, Feri sering menginap di sekolah. Di luar jam pelajaran, ia juga memberikan les Bahasa Inggris gratis kepada murid-muridnya dan mengelola kebun sekolah kecil berisi tanaman kangkung sebagai bagian dari program kewirausahaan.
Namun, keterbatasan fasilitas masih menjadi tantangan. Dua ruang kelas di sekolah tempatnya mengajar masih berdinding papan.
“Yang paling saya harapkan adalah perbaikan jalan. Kalau infrastruktur bagus, anak-anak tak akan telat sekolah dan ekonomi warga juga bisa meningkat,” kata Feri. (AA Syah)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”