Namun, wacana ini, menurut Adi, terhambat oleh AD/ART dan resistensi faksi internal. Ia menilai, langkah elite seperti Romahurmuziy dan Ade Irfan Pulungan lebih sebagai “tes ombak” terhadap dinamika internal partai.
“PPP tahu 2029 adalah hidup-mati. Mereka tak mau bertaruh pada kader internal yang terbukti gagal,” jelasnya.
Menurut Adi, manuver ini juga menjadi refleksi dari krisis kepercayaan terhadap kapasitas politik internal PPP. Bagi elite, satu-satunya jalan realistis menuju Senayan adalah melalui ‘naturalisasi politik’—figur luar dengan modal finansial dan jejaring yang solid. (BAAS)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”