LOCUSONLINE, GARUT – Meski musim kemarau telah tiba, nyamuk Aedes aegypti tampaknya belum menerima pengumuman resmi dari BMKG. Hasilnya? Kabupaten Garut masih jadi surga wisata genangan bagi nyamuk pembawa Demam Berdarah Dengue (DBD). Hingga awal Juli 2025, tercatat 1.368 kasus dengan tujuh korban jiwa—angka yang cukup untuk membuat siapa pun berpikir dua kali sebelum menyepelekan genangan air di halaman rumah. Minggu, 6 Juli 2025
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Garut, Asep Surachman, menyebut fenomena “kemarau basah” sebagai penyebab utamanya. Hujan yang masih setia mengguyur meski kalender sudah kemarau, menciptakan kolam-kolam mini favorit nyamuk. “Kita harus tetap waspada. Nyamuknya nggak libur,” ujar Asep, seakan mengingatkan bahwa musim tidak selalu selaras dengan wabah.
Baca Juga :
Wabah Senyap HIV di Jabar, Priangan Timur Jadi Episentrum Kasus Remaja: Lonjakan Kasus Menyasar Usia 13 Tahun
Dinas Kesehatan pun tak tinggal diam. Mereka telah mengaktifkan sistem deteksi dini di seluruh fasilitas kesehatan agar penderita bisa segera ditangani sebelum berubah menjadi angka statistik. Selain itu, Asep memastikan bahwa tiga senjata pamungkas: PSN, abatisasi, dan fogging terus digencarkan. Karena rupanya, nyamuk DBD masih lebih kuat dibanding slogan “hidup bersih dan sehat”.
“Trennya memang menurun dibanding semester lalu, tapi ini bukan alasan untuk nyantai. Nyamuk bisa comeback kapan saja,” kata Asep. Tahun lalu, kasus mencapai 1.500; jadi angka tahun ini sedikit lebih “ramah”, walau tetap berbahaya.
