Meski belum masuk rundown resmi, panitia sudah memastikan lagu “Young Black and Rich” akan diputar saat malam penutupan. Menurut Werry, momen itu akan bertepatan dengan pembagian hadiah. Jika beruntung, penonton bisa menyaksikan perpaduan unik: irama hip hop Amerika bertemu euforia warisan budaya Melayu.
“Dengan kehadiran Melly Mike, kita harap Pacu Jalur jadi lebih mendunia,” ucap Werry, tanpa menjelaskan kenapa untuk bisa mendunia, Pacu Jalur harus didongkrak dulu oleh lagu dari benua lain.
Fenomena ini patut dicatat dalam sejarah kebudayaan digital Indonesia: warisan tradisional akhirnya dilirik dunia bukan lewat kerja panjang kementerian, melainkan hasil kolaborasi organik antara algoritma, musik barat, dan bocah lokal yang menari sepenuh hati.
Pacu Jalur kini punya peluang besar. Tapi yang lebih besar adalah pertanyaannya: apakah budaya kita benar-benar mendunia, atau hanya numpang lewat di reels, shorts, dan FYP—sementara para pemangku kebijakan masih sibuk bikin acara formal tanpa penonton?
Kalau setiap festival budaya perlu endorsement dari penyanyi asing agar viral, mungkin sudah waktunya redefinisi nasionalisme: dari kerja budaya ke kerja konten. (Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”