LOCUSONLINE, PURWAKARTA — Dalam balutan program bertajuk “Pelayanan Publik Keliling”, Pemerintah Kabupaten Purwakarta kembali menggelar ritual tahunan turun ke desa—sebuah safari administratif yang lebih banyak menyentuh permukaan ketimbang menyentuh akar persoalan.
Bertempat di Desa Ciwareng, Kecamatan Babakancikao, Selasa (15/7/2025), deretan pejabat dan mobil dinas menyerbu halaman desa. Sejumlah tenda berdiri, pelayanan dibuka, kamera berputar, dan senyum difoto—mewakili semangat “pemerintah hadir” yang biasanya hanya sekilas lalu.
Tak tanggung-tanggung, 17 jenis layanan digelar dari segala lini, mulai dari administrasi kependudukan, layanan kesehatan, sembako murah, sampai khitanan massal gratis lengkap dengan bingkisan. Ya, karena tak semua masalah rakyat bisa diselesaikan, setidaknya bisa disunat.
Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein (yang akrab disapa Om Zein), turut turun gunung memantau langsung, sekaligus mendengar keluh kesah warga. Sebagian masalah disambut serius, sebagian lagi cukup dijawab dengan pemanggilan pejabat terkait, semacam “tanya-jawab cepat” yang entah berlanjut atau tidak di balik layar.
“Kehadiran pemimpin adalah bentuk komitmen,” ujar seorang warga yang mengaku baru kali ini bertemu bupati secara langsung, dan belum tahu apakah masalahnya ikut pulang bersama rombongan atau masih ditinggal di tenda.
Baca Juga :
Dari Kotoran Menuju Kejayaan: Ketika Tongkol dan Kotoran Lebih Visioner dari Rapat Kementerian
Sementara itu, Plt Kepala Dinkes, drg. Elitasari, menegaskan bahwa khitanan massal bukan hanya gratis, tapi juga dibarengi dengan bingkisan dan kadeudeuh. Anak-anak boleh menangis karena disunat, tapi orang tua bahagia karena setidaknya satu kebutuhan ditanggung negara—meski urusan sanitasi dan gizi tetap tanggung sendiri.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”