LOCUSONLINE, GARUT – Di tengah aroma sate, mie ayam, dan janji kebahagiaan massal, terselip aroma tak sedap: cuci tangan kelas elite. Acara pernikahan anak Dedi Mulyadi—mantan Bupati Purwakarta sekaligus tokoh flamboyan Jawa Barat—dengan Wakil Bupati Garut, mendadak menyulut kontroversi usai beredar video soal makan gratis ribuan porsi dalam pesta rakyat yang disebut bagian dari hajatan keluarga besar. Sabtu, 19 Juli 2025
Namun, alih-alih berdiri gagah sebagai tuan rumah pesta, Dedi memilih jalan sunyi: “Saya tidak tahu soal kegiatan makan gratis itu,” ujarnya, seolah baru datang sebagai tamu di pesta anaknya sendiri.
Pernyataan itu sontak memantik tanya: jika bukan Dedi, siapa penanggung jawab 5.000 porsi makanan yang membanjiri halaman pesta?
Di video yang viral, Dedi Mulyadi bersama anaknya dengan santai menyebut akan menyajikan kelepon, awuk, mie ayam, soto, hingga “sate pura-pura” untuk warga yang hadir pada tanggal 18. “Untuk warga ya. Makan sekuatnya, nonton sepuasnya, tertawa sekerasnya,” ujar Maula Akbar sang putra gubernur, sambil tertawa—entah karena bangga atau gugup.
Sayangnya, tawa itu kini berbuntut investigasi. Sebab, pesta yang katanya dari rakyat untuk rakyat ini dilangsungkan di tengah aturan ketat soal keramaian dan anggaran publik. Apalagi banyak warga mempertanyakan sumber dana ribuan porsi makanan yang disediakan—sementara sejumlah daerah lain harus puas dengan program bantuan seadanya dan anggaran terbatas.
Sate Pura-Pura dan Janji Kenyang yang Tak Bertuan
Istilah “sate pura-pura” yang dilontarkan panitia sempat dianggap guyonan. Tapi kini jadi simbol dari keganjilan pesta itu sendiri. Pesta yang nyata—tapi tanggung jawabnya pura-pura.
