Baca Juga : Ekspor dari Balik Jeruji: Ketika Narapidana Lebih Produktif dari Birokrat Bebas
Kopdes Merah Putih diklaim akan menjadi benteng pertahanan terakhir dari jeratan pinjaman online ilegal, tengkulak, dan distribusi hasil tani yang tak adil. Namun, banyak kalangan ragu apakah program ini benar-benar akan menyentuh akar persoalan, atau justru menambah daftar koperasi mangkrak yang selama ini hanya jadi bangunan kosong dengan papan nama pudar.
Tenaga Ahli Kantor Komunikasi Kepresidenan, Adita Irawati, menyebut fasilitas koperasi ini akan lengkap—dari sembako murah hingga apotek dan logistik. Namun, dalam praktiknya, pembangunan koperasi yang ambisius sering kali tidak dibarengi kesiapan SDM lokal, infrastruktur memadai, dan mekanisme pengawasan yang ketat.
Janji “harga murah” dan “akses modal tanpa rentenir” masih jadi wacana, bukan kenyataan. Rakyat di pelosok tahu betul: koperasi bukan barang baru, dan terlalu banyak program yang dulu datang seperti malaikat, tapi pergi tanpa kabar.
Jika tidak disertai dengan pengawasan ketat, transparansi anggaran, dan keterlibatan nyata masyarakat lokal, Kopdes Merah Putih bisa jadi bukan kendaraan ekonomi, melainkan kereta kosong yang hanya bunyinya nyaring tapi tak membawa siapa-siapa.
Seremoni jalan terus, desa menunggu hasil nyata. (Suradi/Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”