LOCUSONLINE, CILACAP – Kematian memang tak pernah memilih kasta. Tapi tampaknya penanganannya bisa beda, tergantung siapa yang pergi dan di mana ia dijemput ajal. Saat publik disuguhi keseriusan penuh dari Kapolri dalam membedah kasus tewasnya diplomat muda Kementerian Luar Negeri, ADP (39), yang ditemukan tak bernyawa dengan lakban melilit kepala, satu kasus lain tenggelam tanpa gema: guru asal Garut yang meregang nyawa di tanah rantau, Cilacap.
Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam konferensi pers di Mako Brimob, Depok (17/7/2025), menegaskan bahwa pengusutan kasus kematian ADP dilakukan dengan pendekatan ilmiah dan ketelitian tinggi. Laboratorium forensik dikerahkan, dokter forensik dilibatkan, saksi diperiksa berlapis, CCTV dikaji detil demi detik. “Kami ingin cermat. Semua hasil harus tuntas dan bisa dipertanggungjawabkan ke publik,” ujarnya.
Baca Juga : Nyawa Berjenjang, Keadilan Bertarif: Tewasnya Diplomat Diusut Kilat, Kematian Guru Dibilang Tamat Sendiri
Sementara itu, dalam senyap dan tanpa sorotan, keluarga seorang guru di Garut masih berduka dengan luka yang belum sembuh. Guru honorer itu ditemukan tak bernyawa di Cilacap, dengan luka tak wajar di tubuhnya. Namun hingga hari ini, penanganan dari pihak Polres Cilacap bak tertidur siang: tanpa transparansi, tanpa penjelasan, dan nyaris tanpa empati.
Padahal, keluarga korban sudah berulang kali meminta kejelasan. Namun alih-alih proses ilmiah seperti autopsi mendalam atau uji laboratorium forensik, yang datang hanyalah kabar burung dan pengalihan isu. “Kami seperti menghadapi tembok. Seolah karena almarhum hanya guru biasa, kasus ini tidak penting,” ungkap seorang kerabat korban dengan getir.
