Vania Aprilia, bocah 8 tahun
Dewi Jubaedah, nenek 61 tahun
Bripka Cecep Saeful Bahri, anggota polisi yang gugur saat menyelamatkan warga
Baca Juga : Apa Mulai Pikun? Dedi Mulyadi Pilih Cuci Tangan di Tengah Tragedi Pesta Pernikahan Anaknya
Miskomunikasi atau Miskemanusiaan?
Putri menyebut insiden ini terjadi karena “miskomunikasi” dan “kesalahan sistem.” Ia berdalih sudah mewanti-wanti panitia agar tidak menutup akses jalan.
Namun publik bertanya:
Bagaimana mungkin dua pejabat publik, dengan anggaran dan kekuasaan sebesar itu, tidak mampu mengelola satu kegiatan yang mengundang massa dalam jumlah besar?
Jika rakyat bisa mati karena kesalahan sistem, siapa yang menanggung nyawa itu?
Keduanya berdalih soal tanggung jawab hukum diserahkan ke polisi. Dan meskipun mengaku siap menghadapi proses hukum, pernyataan tersebut terasa lebih sebagai protokol komunikasi krisis dibanding kesungguhan moral dan politik untuk bertanggung jawab.
Santunan Tak Menghapus Dosa Publik
Putri dan Maula menyebut telah menemui keluarga korban dan memberikan santunan. Namun di mata publik, pemberian uang duka tidak serta-merta menghapuskan tanggung jawab struktural dan etika.
Pernikahan mereka disiapkan dengan karpet merah, tetapi rakyat harus pulang dengan tanah merah—dan sebagian tak pernah pulang sama sekali.
Kini publik menunggu: apakah pesta elit yang berujung maut ini akan benar-benar diseret ke ruang keadilan, atau lagi-lagi diredam dengan narasi teknis, miskomunikasi, dan deretan “maaf” tanpa nyali bertanggung jawab? (Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”