LOCUSONLINE, GARUT – Jumat siang, 18 Juli 2025, Gerbang Barat Pendopo Garut menjadi lokasi tragedi yang menyayat hati: tiga warga meregang nyawa dan lebih dari 30 orang luka-luka, dalam kerumunan pesta rakyat yang dikemas sebagai bagian dari hajatan mewah pernikahan Putri Karlina, Wakil Bupati Garut, dengan Maula Akbar, putra Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Senin, 21 Juli 2025
Alih-alih menjadi hari bahagia, momen yang seharusnya dipenuhi tawa dan ucapan selamat justru berubah menjadi desakan, jeritan, dan isak tangis. Warga yang datang demi mencicipi sajian gratis malah disambut oleh kekacauan yang menewaskan seorang anak, seorang warga sipil, dan satu anggota polisi.
Tak ada yang siap, begitu alasan klasik yang dilemparkan. Namun publik bertanya: benarkah hanya karena tidak siap, atau karena hajat elite tak pernah sungguh-sungguh memperhitungkan keselamatan rakyat?
Baca Juga : Apa Mulai Pikun? Dedi Mulyadi Pilih Cuci Tangan di Tengah Tragedi Pesta Pernikahan Anaknya
Kericuhan dipicu oleh antrean panjang dan tak terkendali yang membludak ke arah gerbang barat. Di tengah teriakan dan dorongan, tubuh-tubuh kecil dan lemah jatuh tak berdaya. Salah satu korban adalah Aipda Cecep Saepul Bahri, yang gugur usai berjuang menyelamatkan seorang anak dari himpitan massa. Ia tak pernah pulang. Istrinya, Fitri, harus menerima kenyataan pahit bahwa lelaki yang pagi tadi berpamitan untuk bertugas, sore harinya hanya tinggal nama di kamar jenazah.
“Katanya pingsan, tapi ketika istri beliau sampai rumah sakit, kenyataannya berbeda. Suasana berubah jadi jerit tangis,” kata Adi Herdiansyah, adik almarhum Cecep.
