Dalam tragedi pesta rakyat ini, rakyat hanya dijadikan pajangan. Ketika musibah terjadi, yang disalahkan adalah kuli panggung acara: bukan penyelenggara utama, bukan pejabat, apalagi keluarga elit pengantin.
Sementara tiga keluarga berkabung dalam sepi, aparat sibuk menyusun alibi dan menyisir tumpukan amplop undangan — bukan untuk empati, tapi untuk mitigasi politik. Pesta usai, panggung dibongkar, dan seperti biasa: yang mati tetap mati, yang berkuasa tetap bersih. (Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”