Pernyataan Prabowo di forum PSI—partai yang dulu mengusung idealisme oposisi—berubah jadi panggung validasi kekuasaan. Apakah kemiskinan benar turun? Atau sekadar angka yang ditekan demi suasana hati?
“Kami ingin menyempurnakan data,” kata BPS soal penundaan rilis. Tapi sebelum data sempurna, narasi ‘kesuksesan’ sudah dijual ke publik. Sementara itu, rakyat tetap antre bantuan beras di ujung gang.
Pemerintahan yang sehat seharusnya mendasarkan optimisme pada data, bukan sebaliknya. Jika statistik jadi alat promosi, maka rakyat hanya akan menjadi deretan angka, bukan subjek dari keadilan sosial. Apalagi jika data ditunda, tapi janji ditebar duluan—itu bukan kebijakan, tapi ilusi pengentasan dalam balutan retorika.(Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”