LOCUSONLINE, JAKARTA – Di tengah ekonomi yang ngos-ngosan, dunia usaha yang melambat, dan pendapatan negara yang masih malu-malu, pemerintah justru tampil percaya diri. Dalam drama anggaran terbaru bertajuk RAPBN 2026, negara kembali memainkan peran gila belanja meski dompet tampak belum sepenuhnya terisi. Rabu, 23 Juli 2025
Dengan semangat yang nyaris mistis, belanja negara tetap digenjot ke angka fantastis: Rp 3.800 triliun hingga Rp 3.820 triliun, naik hampir 6 persen dari target tahun sebelumnya. Padahal, penerimaan negara 2026 justru dipatok lebih “moderatis”, alias cenderung realistis (baca: pesimis). Tapi tak mengapa karena dalam kebijakan fiskal Indonesia, harapan adalah mata uang paling kuat.
“Meski rasio belanja terhadap PDB turun sedikit dari 14,89 persen menjadi 14,19-14,83 persen, secara nominal tetap naik,” demikian inti laporan hasil rapat antara pemerintah dan Badan Anggaran DPR, Selasa (22/7/2025). Logikanya sederhana: persentase boleh turun, tapi angka tetap membesar. Seperti diet kalori sambil nambah porsi makan.
Baca Juga : Statistik Turun, Rakyat Bingung: Ketika Kemiskinan Disulap Jadi Optimisme
Langkah ini dinilai banyak pihak sebagai upaya berani jika bukan nekat di tengah perlambatan pertumbuhan dan tekanan fiskal yang belum juga reda. Namun pemerintah tampaknya lebih percaya pada politik optimisme, ketimbang kalkulasi kas negara. Toh, selama masih bisa utang, anggaran bisa jalan.
Belanja besar ini tentu saja akan disalurkan untuk segala hal, mulai dari infrastruktur mercusuar hingga proyek-proyek prioritas nasional yang seringkali lebih akrab di meja rapat ketimbang realita lapangan. Sementara publik masih menanti kapan belanja itu benar-benar sampai ke dapur mereka, bukan hanya ke spanduk dan baliho.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”