LOCUSONLINE, BANDUNG BARAT – Di balik suara gemuruh mesin dan semangat peresmian yang dikemas dalam balutan spanduk dan sambutan, BUMDes Mandalasari Pasti kembali menggulirkan mimpi besar dari jantung kampung kecil Kampung Parang Kolot, RW 04.
Dengan meresmikan tempat penggilingan padi pada Kamis (24/7/2025), BUMDes ini resmi naik kasta dari “rencana” ke “realita simbolik” setidaknya di atas kertas. Pendamping Desa, Iwan Hermawan, menjelaskan bahwa ini adalah langkah monumental dalam sejarah ketahanan pangan Cipatat: karena mereka berhasil memproduksi niat terlebih dahulu sebelum panen.
“Ini BUMDes pertama di Cipatat yang serius ke produksi padi,” ujar Iwan dengan penuh bangga, meski lahan masih setengah dicangkul dan sebagian lagi masih mimpi basah di atas proposal.
Langkah demi langkah telah ditempuh mulai dari pelatihan bersama Inspektorat, DPMD, hingga pihak kecamatan. Ya, karena dalam dunia BUMDes, pelatihan adalah hasil, dan kehadiran pejabat adalah indikator kemajuan.
Kini, mereka telah membeli traktor dan mesin penggiling. Strategi industrialisasi desa versi Mandalasari: tanam harapan, giling rencana, dan kemas dengan label lokal.
“Produknya nanti akan jadi beras. Kita akan branding,” jelas Iwan, karena ketahanan pangan tak lengkap tanpa logo dan strategi pemasaran.
Namun saat ditanya soal sawah, Iwan menurunkan nada. Sebagian lahan masih dalam tahap pembenahan, sebagian lagi sudah ditanami, meski belum jelas apakah padi atau rumput ilalang yang tumbuh duluan.
Baca Juga : Belanja Jalan Terus, Penerimaan Nanti Dulu: RAPBN 2026 dan Jurus Sulap Fiskal
BUMD Jadi Ladang, Audit Jadi Gagang: Jawa Barat Tergelincir di Lubang Uangnya Sendiri
Mesin penggilingan sendiri nantinya bisa juga dipakai masyarakat. Model kolaborasi terbuka ala BUMDes: milik desa, tapi kalau warga mau pakai, silakan antre. Asal jangan ganggu branding.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”