Sembari mengejar air, mahasiswa juga menangkap masalah lain: stunting. Di Pasirwaru, anak-anak bukan hanya kurang air, tapi juga kekurangan gizi. Maka mahasiswa Ilmu Keperawatan pun turun tangan, melakukan penyuluhan di SD dan posyandu. Negara boleh sibuk dengan narasi makro, tapi di lapangan, mahasiswa menyelamatkan masa depan generasi dengan selebaran dan semangat.
Hebatnya, semua ini dibungkus dalam nama besar SDGs: Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Sayangnya, yang berkelanjutan justru adalah kekeringan, kekurangan, dan ketergantungan pada pihak non-pemerintah.
Kalau saja pembangunan bisa berjalan secepat pengumpulan dana oleh mahasiswa, mungkin kampung seperti Cibadak-1 tak perlu menanti musim hujan seperti menanti mukjizat.(Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”