Baca Juga : Statistik Turun, Perut Tetap Keroncongan: Kemiskinan ‘Berhasil’ Ditekan BPS
Rp 20 Ribu Sehari, Bebas Miskin Ala BPS: Makan, Minum, Hidup, Tertawa
Kondisi ini menjadi paradoks tersendiri. Di satu sisi, kemiskinan pedesaan berhasil ditekan. Namun di sisi lain, kota-kota justru berubah menjadi kantong-kantong baru kemiskinan dan pengangguran.
Menanggapi situasi ini, Pemprov Jawa Barat melalui Diskominfo menyatakan tengah menyiapkan solusi berbasis teknologi. Encep Wagan, Fungsional Madya Diskominfo Jabar, menyebut bahwa sebuah aplikasi digital sedang dikembangkan untuk mempertemukan pencari kerja dan penyedia lapangan kerja.
“Platform ini diharapkan bisa menjadi jembatan antara tenaga kerja dan sektor industri. Pekerja bisa mendaftar langsung, dan perusahaan akan menginput kebutuhan tenaga kerjanya secara real time,” kata Encep.
Namun, muncul pertanyaan: apakah solusi digital bisa mengatasi akar struktural pengangguran dan kemiskinan, atau sekadar menjadi tambal sulam dalam siklus ketimpangan yang terus berulang?
Jawa Barat hari ini memang bukan sekadar angka di balik grafik. Ia adalah potret paradoksik dari pembangunan: maju di desa, megap-megap di kota. (Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”