“Regulasi boleh dibuat, tapi jika faktanya masih banyak atlet menggantungkan nasib dari sumbangan komunitas, pembinaan dikelola secara tambal sulam, dan lapangan olahraga lebih sering dipakai untuk pasar malam, maka Purwakarta belum layak bicara “standar internasional”
LOCUSONLINE, PURWAKARTA – Di tengah stagnasi prestasi olahraga dan minimnya sarana latihan yang layak di Purwakarta, DPRD Kabupaten bersama Dinas Kepemudaan, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan (Disporaparbud) justru mulai sibuk membahas Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Penyelenggaraan Keolahragaan. Rapat perdana digelar di ruang Komisi II Gedung DPRD Purwakarta, Jumat (8/8/2025).
Rapat yang dikomandoi langsung oleh Ketua Panitia Khusus D (Pansus D) DPRD, Didin Hendrawan, SE, bersama Wakil Ketua Pansus Agus Mahardika dan anggota Pansus lainnya, menghadirkan pula Kepala Disporaparbud Drs. H. Suhandi, M.Si, beserta jajarannya, termasuk bagian hukum Setda Pemkab.
Menurut Didin, Raperda ini adalah bentuk inisiatif DPRD untuk “memberikan kepastian hukum” dalam penyelenggaraan keolahragaan daerah. Sebuah kalimat formal yang terdengar menjanjikan, namun kosong makna jika tidak disertai data evaluasi kondisi olahraga lokal saat ini.
“Raperda ini bertujuan mendukung pencapaian olahraga di level daerah, nasional, bahkan internasional,” ucap Didin optimistis, tanpa menyentuh persoalan paling dasar: minimnya sarana, pelatih, dan dana pembinaan.
Dalam kenyataan sehari-hari, banyak fasilitas olahraga di Purwakarta justru berubah fungsi: lapangan dipakai parkir hajatan, gelanggang olahraga mangkrak, bahkan tak sedikit pelatih berprestasi digaji jauh di bawah UMR.
Baca Juga : Menyoroti Perda Produk Pemkab Garut. Jika Ada Isi Perda yang Tidak Sesuai Bagaimana Memperbaikinya?
Menariknya, dalam rapat tersebut, Kepala Disporaparbud mengungkit keberhasilan Purwakarta sebagai juara umum olahraga tradisional tingkat Jawa Barat tahun 2024. Suatu prestasi yang layak diapresiasi, namun juga mengundang pertanyaan: apakah olahraga Purwakarta memang ditargetkan berkembang di level internasional, atau cukup puas jadi jago kandang?

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”