“Pemerintah tetap pede. Jubir resmi bilang, Efek positifnya pemerataan kesejahteraan akan dirasakan semua pihak, yang merata ternyata rasa perihnya”
LOCUSONLINE, GARUT – Data Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2025 mencapai 5,4 persen. Pemerintah menyebut capaian ini bukti kebijakan mereka berhasil menjaga daya beli masyarakat. Namun, di dunia nyata dan di dunia maya, rakyat justru merasakan sebaliknya. Senin, 11 Agustus 2025
Warganet ramai membuat meme: grafik ekonomi menanjak, tapi gambar isi dompet justru menyusut. Tagar #TumbuhBersamaHarga pun trending, mengolok-olok janji pemerintah yang “meratakan kesejahteraan.”
Pengamat ekonomi politik Universitas Negeri Jakarta, Dr. Farhan Wicaksono, menyebut fenomena ini sebagai paradoks kebijakan.
“Pertumbuhan ekonomi itu angka makro. Kalau di lapangan harga cabe naik 30%, tarif listrik nyusul, dan biaya hidup makin tinggi, rakyat cuma dapat pertumbuhannya di berita, bukan di piring makan,” ujarnya.
Baca Juga : Investasi Tumpah Ruah, Pengangguran Tetap Tumbuh: Jawa Barat Menuju Surga Modal, Neraka Pekerja?
Sosiolog publik, Nia Larasati, melihat ironi lain.
“Narasi ‘ekonomi tumbuh’ mirip kata motivator yang bilang ‘percaya proses’. Masalahnya, prosesnya rakyat yang lapar, hasilnya entah siapa yang kenyang,” katanya.
Di media sosial, kreativitas satir tak terbendung. Seorang pengguna X mengunggah gambar peta Indonesia dengan tulisan besar: “Selamat Datang di Negara Pertumbuhan Ekonomi, Keluar Lewat Pintu Harga.”
Meski kritik dan keluhan kian kencang, pemerintah tetap optimistis. Dalam konferensi pers, jubir resmi mengatakan, “Kami yakin efek positifnya akan dirasakan semua pihak.”
Di ruang komentar netizen, jawabannya singkat: “Semua pihak? Maksudnya semua pihak yang udah tajir, kan?” (Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”