Baca Juga : Gerai Sunyi, Royalti Bising: Strategi HIPPINDO Menghindar dari Nada yang Mahal
Ketua Kopdes Merah Putih Desa Cileunyi Wetan, Dedi Nurendi, memberi kesaksian bahwa koperasi ini sangat membantu warganya. Terutama dalam hal jarak sebab sebelum ada koperasi, warga harus menempuh jarak yang cukup absurd hanya untuk membeli kebutuhan pokok.
“Warga kami juga banyak yang terlilit Bank Emok,” ujar Dedi, menyebut fenomena bank keliling berkedok bantuan yang entah kenapa masih bertahan lebih lama dari kebijakan subsidi.
Menurutnya, Kopdes adalah jawaban, atau minimal lembar soal baru, bagi warga yang selama ini hanya bisa menyimpan mimpi untuk hidup sejahtera secara mandiri.
“Koperasi ini dari kita, oleh kita, dan semoga tidak hanya untuk kita yang difoto saat launching,” kata Dedi, menyelipkan nada harap sekaligus realistis.
Kopdes Merah Putih barangkali bisa menjadi game changer. Atau setidaknya, jadi bukti bahwa pemerintah masih bisa menggagas hal besar, walau tantangan di lapangan masih lebih besar. Seperti biasa, program bagus bukan soal peluncuran, tapi apakah 80.081 koperasi ini akan hidup lebih lama dari masa jabatan.
Karena pada akhirnya, koperasi desa bukan sekadar simbol kemerdekaan ekonomi tapi juga tes: apakah niat baik itu bisa menyusul truk sembako yang nyasar, ikan yang tidak dingin, dan rakyat yang sudah terlalu lama diminta bersabar.(Suradi/Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”