“Substansi pidato Presiden soal kemajuan bangsa kontras dengan realita infrastruktur Purwakarta yang masih jauh dari kata layak”
LOCUSONLINE, PURWAKARTA – Ruang Rapat Utama DPRD Purwakarta, Jumat (15/8/2025), berubah jadi ruang nonton bareng pidato kenegaraan Presiden Prabowo Subianto. Pidato yang dibungkus megah sebagai refleksi 80 tahun kemerdekaan itu disiarkan virtual, dihadiri Bupati Saepul Bahri Binzein, Ketua DPRD Sri Puji Utami, Kajari Martha Parulina Berlians, dan jajaran Forkopimda. Semua berlangsung tertib, meski di luar gedung jalan masih penuh tambalan.
Prabowo bicara soal capaian pembangunan, arah kebijakan strategis, hingga visi besar Indonesia Emas 2045. Kata-kata manis soal persatuan, gotong royong, dan produktivitas diluncurkan deras. Namun, gema pidato yang diklaim sebagai momentum refleksi itu justru terasa kontras dengan realita di lapangan: drainase mampet, sekolah roboh, rumah sakit penuh antrean.
Baca Juga : Dinas Pendidikan Purwakarta Sosialisasikan Program SADESAPA untuk Perkuat PAUD di Desa
Pidato kenegaraan memang selalu hadir setiap Agustus. Bagi sebagian rakyat, ia lebih mirip pengajian politik tahunan: penuh doa dan janji, minim tindak nyata. “Indonesia lebih maju dan sejahtera,” ujar Presiden, seolah rakyat tak sedang berdesakan di angkutan umum atau gigit jari menunggu bantuan BPJS cair.
Di Purwakarta sendiri, semangat kemerdekaan dikemas rapi lewat jargon kolaborasi Pemda menuju Indonesia Emas 2045. Slogan yang indah, tapi ironis ketika masyarakat masih harus urunan untuk memperbaiki jalan desa.
Refleksi bangsa ini memang unik. Setiap tahun pidato jadi tradisi, janji jadi konsumsi, dan rakyat tetap menunggu realisasi. Indonesia mungkin emas di atas kertas, tapi di bawah aspal masih bolong. (Laela)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”