LOCUSONLINE, PASANGKAYU- Rahmatullah, Kepala Desa Bambaira, adalah sosok yang perjalanan hidupnya sarat makna. Lahir di sebuah dusun tua bernama Dusun Taba’ pada 22 Februari 1981, saya anak ketiga dari lima bersaudara dalam keluarga sederhana, Bapak saya bernama Abdullah dan Rahmatiah adalah nama ibu saya. Dari keluarga ini, saya tumbuh bersama dua saudara laki-laki dan tiga saudara perempuan, ujarnya saat disambangi dikediamannya, Minggu (24/8/2025).
Masa kecil Rahmatullah ditempa dengan kesederhanaan. Hidup di lingkungan pedesaan, ia sudah terbiasa membantu orang tua dan belajar arti kerja keras sejak dini. Jalan hidupnya tidak selalu mudah, namun justru dari kesederhanaan itulah karakter tangguh dan pantang menyerah terbentuk.
Di masa mudanya, Rahmatullah pernah tinggal di sebuah gubuk kecil di tengah kebun bersama istri dan anaknya, mengandalkan penghasilan dari bertani kakao. Tahun 2005, ia mencoba peruntungan dengan merantau ke Kalimantan, bekerja sebagai passenso’ (tukang senso atau penebang pohon). Namun nasib belum berpihak, karena musim hujan panjang membuat aktivitas penebangan tak berjalan, hingga ia memutuskan kembali ke Sulawesi.
Sekembalinya, Rahmatullah tidak menyerah. Ia kembali bertani, lalu menekuni usaha pembelian buah sawit. Dari usaha inilah kehidupannya perlahan bangkit. Rahmatullah bukan hanya mengangkat perekonomian keluarga, tetapi juga memberi peluang kerja bagi warga sekitar.
Kerja keras, pengalaman pahit getir hidup, dan kepeduliannya kepada masyarakat menjadikan Rahmatullah figur yang dipercaya. Akhirnya, ia diamanahkan untuk memimpin sebagai Kepala Desa Bambaira. Dalam kepemimpinannya, ia mengedepankan pembangunan berbasis masyarakat, musyawarah, dan gotong royong sebagai dasar pembangunan desa.
