Kapolri Jenderal Listyo Sigit mengumumkan tujuh anggota Brimob yang terlibat sudah diperiksa Propam.
Di bilangan Jakarta Timur, rumah sederhana keluarga Affan dipenuhi pelayat. Ibunya, dengan suara terbata, berulang kali berkata, “Anakku cuma cari nafkah, kenapa pulangnya begini?”
Affan dikenal sebagai tulang punggung keluarga, bekerja lebih dari 12 jam sehari untuk membiayai sekolah adiknya. Pemakamannya diiringi ribuan pengemudi ojol, jaket hijau membentuk lautan solidaritas. Banyak yang menyebutnya sebagai “martir demokrasi”.
Presiden Prabowo Subianto langsung mendatangi rumah duka Affan. Dengan wajah muram, ia berjanji akan mengusut tuntas kasus ini secara transparan. “Keadilan tidak boleh ditawar. Negara akan hadir untuk rakyat,” tegasnya.
Namun publik masih menunggu bukti nyata, bukan sekadar janji politik.
Kematian Affan adalah ujian berat bagi pemerintahan Prabowo yang baru sebulan berjalan.
- Citra Polri Terancam: Kepercayaan publik pada aparat makin rapuh. Jika kasus ini ditutup-tutupi, distrust bisa makin parah.
- Demo Meluas: Dari isu tunggal, aksi kini melebar jadi protes terhadap negara. Api bisa sulit dipadamkan bila tak segera ada langkah nyata.
- Gestur Politik Penting: Kehadiran Prabowo di rumah duka adalah langkah strategis, tapi publik akan menilai dari tindakan, bukan kata-kata.
Bila pemerintah gagal mengusut tuntas, bukan mustahil nama Affan akan menjadi simbol perlawanan politik yang lebih luas.(Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”