Romadhon mencontohkan tokoh-tokoh seperti Gus Baha, Ustaz Abdul Somad, dan Ustaz Adi Hidayat yang memiliki pengaruh besar dalam menyampaikan pesan keagamaan sekaligus kebangsaan.
“Ajakan agar para ulama turun bersuara harus dimaknai sebagai panggilan kebangsaan. Ulama perlu mengingatkan umat untuk tetap tenang, tetapi juga berani menyampaikan kritik demi kebaikan bersama,” jelasnya.
Romadhon menekankan, sinergi antara negara dan ulama dapat menjadi penopang persatuan yang kokoh. Negara hadir dengan kebijakan yang berpihak, ulama hadir dengan keteladanan moral yang menyejukkan.
“Jika keduanya benar-benar berjalan seiring, gejolak di jalanan bisa teredam tanpa mengurangi ruang demokrasi. Rakyat akan merasa didengar, bukan ditundukkan,” ujarnya.
Ia menambahkan, pertemuan Presiden dengan ulama harus dilanjutkan dengan langkah konkret. Simbol persatuan tidak cukup jika tidak diwujudkan dalam kebijakan yang langsung dirasakan masyarakat.
“Sejarah bangsa selalu membuktikan, persatuan yang dibangun di atas kesungguhan akan melahirkan energi besar bagi peradaban. Pertemuan Presiden dan ulama hanyalah awal dari perjalanan panjang itu. Kini rakyat menunggu kebijakan yang menyejahterakan,” pungkas Romadhon.(Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”