Tak berhenti di biaya murah, STAINUS juga menggaet dosen dengan kualifikasi mentereng. Dari magister, doktor, hingga guru besar sudah disiapkan untuk mengajar. Artinya, meski “bayi”, kampus ini tidak mau dianggap sekadar bermain-main.
Ketua Senat STAINUS, Budiman, justru memberi perumpamaan yang lebih dramatis. Menurutnya, kampus ini seperti bayi yang baru lahir: lucu, mungil, tapi masih rapuh. “Kalau diibaratkan rumah laba-laba, fondasinya sangat lemah. Karena itu, kami harus memperkuat pondasi dulu sebelum melangkah lebih jauh,” katanya.
Kini, STAINUS hadir membawa harapan. Masyarakat Garut punya pilihan baru untuk kuliah, tanpa harus pusing dengan biaya selangit. Bayi ini memang masih kecil, tapi siapa tahu suatu hari nanti bisa berlari kencang dan ikut meramaikan dunia pendidikan tinggi di Indonesia.(Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”