“Publik menunggu respons nyata dari pemerintah, DPR, dan institusi terkait. Apakah tuntutan yang lahir dari jalanan dan ruang digital ini hanya jadi gema sementara, atau benar-benar mengubah arah kebijakan negara, masih jadi tanda tanya besar.”
LOCUSONLINE, JAKARTA – Gelombang demonstrasi dalam beberapa hari terakhir di berbagai daerah melahirkan sebuah gerakan yang kini viral dengan nama “17+8 Tuntutan Rakyat.” Seruan ini tidak hanya menggema di jalanan, tetapi juga membanjiri media sosial, diunggah ulang ribuan warganet hingga influencer populer.
Gerakan ini bermula dari inisiatif sejumlah figur publik seperti Andovi Da Lopez, Salsa Erwin, dan Jerome Polin, yang dalam waktu tiga jam merangkum berbagai aspirasi masyarakat menjadi satu paket tuntutan. “Kita panggil semua yang itu, kita bikin satu messages yang tuntutannya bisa didengar semua orang. Nah, itu phone call-nya memang sekitar 3 jam,” kata Andovi saat aksi di depan Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Senin (1/9/2025).
Tak berhenti pada dukungan individu, gerakan ini kemudian diperkuat oleh 211 organisasi masyarakat sipil. Di antaranya YLBHI, PSHK, Ikatan Mahasiswa Magister Kenotariatan UI, hingga Center for Environmental Law & Climate Justice UI. Kelompok buruh juga turut memberikan dukungan, menambah bobot gerakan yang sejak awal dimaksudkan sebagai koreksi besar terhadap arah kebijakan negara.
Jerome Polin, melalui akun Instagram pribadinya, mengingatkan publik agar tidak terpecah oleh narasi lain yang berpotensi melemahkan gerakan.
“Teman-teman, kita fokus pada poin-poin ini ya! Mari kita kawal dan perjuangkan terus,” tulis Jerome.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”