“Jika benar kata Hotman bahwa Nadiem tak menikmati sepeser pun hasil proyek, maka publik bisa menyimpulkan: di Indonesia, korupsi bukan hanya soal memperkaya diri, tapi juga bisa memperkaya nasib buruk.”
LOCUSONLINE, JAKARTA – Pengacara flamboyan Hotman Paris kembali turun ke panggung hukum, kali ini membela mantan Mendikbudristek Nadiem Makarim yang resmi jadi tersangka kasus korupsi Program Digitalisasi Pendidikan 2019–2022.
Hotman, dengan cincin berkilau khasnya, menegaskan bahwa kliennya tak menerima sepeser pun dari proyek Rp9,3 triliun tersebut. “Tidak ada satu rupiah pun masuk ke kantong Nadiem. Sama nasibnya kayak Lembong. Cuma ditetapkan tersangka, tapi dompet tetap kering,” ujarnya, Kamis (4/9).
Menurut Hotman, Google hanyalah investor serius, bukan “tukang sogok berkedok mesin pencari.” Ia menyebut Google sudah empat kali investasi di Gojek sebelum Nadiem jadi menteri. “Google itu raksasa dunia. Masa iya disuruh main sogok Chromebook di pelosok Indonesia yang internet aja nggak nyambung?” katanya.
Ironinya, program yang katanya untuk mendigitalisasi sekolah di daerah 3T justru menghadirkan laptop yang lebih sering jadi ganjel pintu karena tak ada sinyal internet. Negara pun ditaksir rugi Rp1,98 triliun. Dari jumlah itu, Rp480 miliar hilang lewat software yang entah berguna entah tidak, sisanya Rp1,5 triliun melayang lewat mark up harga laptop.
Kini, selain Nadiem, terseret pula nama mantan pejabat Kemendikbud, stafsus, hingga konsultan teknologi. Sebuah ekosistem lengkap: menteri, staf, konsultan, dan Google sayangnya bukan ekosistem digital, tapi ekosistem tersangka.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”