“Pentingnya sinergi kebijakan fiskal dan moneter. Diskusi sudah jalan dengan Bank Indonesia. Tinggal hasilnya, apakah terasa di perut rakyat, atau hanya enak di telinga pejabat saat jumpa pers.”
LOCUSONLINE, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto memimpin rapat terbatas di Istana Merdeka, Selasa (9/9/2025), bersama para menteri Kabinet Merah Putih. Agendanya klasik tapi sakral: percepatan program pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, yang baru saja menggantikan Sri Mulyani, keluar dari ruang rapat dengan jargon yang sudah akrab di telinga rakyat: “percepatan.” Menurutnya, kebijakan yang ada sekarang belum terlalu “lancar” diselenggarakan. Alias masih banyak macetnya—bukan cuma di jalan tol, tapi juga di birokrasi.
“Jadi harusnya ekonomi akan tumbuh lebih cepat,” kata Purbaya penuh percaya diri. Entah lebih cepat dari inflasi, atau dari harga cabai yang tiap minggu senam naik-turun.
Purbaya juga menegaskan pemerintah tetap taat pada Undang-Undang, menjaga defisit fiskal di bawah 3 persen. Meski begitu, rakyat kecil masih heran: kenapa defisit APBN bisa dijaga, tapi defisit di dompet warung-warung tetap dibiarkan bocor?
Baca Juga : Reshuffle Prabowo: Sumpah Jabatan Sakral, Realita Tetap Sirkulasi Janji
Ia buru-buru menepis anggapan bahwa defisit APBN otomatis bikin inflasi. “Tidak otomatis,” ujarnya. Betul juga, inflasi kadang bukan soal defisit, tapi soal ibu-ibu yang pulang dari pasar mendadak shock lihat harga bawang putih.
Soal lapangan kerja, Purbaya lagi-lagi mengulang janji manis pemerintah: percepatan program agar lapangan kerja lebih banyak tercipta. Sayangnya, rakyat sudah sering dengar “akan banyak lapangan kerja,” tapi yang tersedia justru lapangan futsal, lapangan voli, dan lapangan rumput buat acara seremonial.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”