Baca Juga : DPR Potong Tunjangan, Tapi Gaji Tetap Rp65 Juta: Rakyat Disuruh Senyum Ditengah Kelam Ekonomi
Fenomena ini memperlebar jurang antara rakyat dan elite. Di media sosial Indonesia, kemarahan warganet sering kali meledak ketika ada pejabat flexing kekayaan, sementara harga bahan pokok melambung dan anak muda kesulitan mencari pekerjaan layak.
Kemarahan serupa pernah berulang dalam sejarah: dari demonstrasi mahasiswa 1998 hingga gelombang protes menolak UU kontroversial belakangan ini. Bedanya, di Nepal kerusuhan sudah sampai titik didih, sementara di Indonesia bara itu masih jadi bisik-bisik dan meme satir di medsos.
Pengalaman Nepal menunjukkan satu hal: jika frustrasi generasi muda dibiarkan tanpa solusi, protes bisa meledak kapan saja. Media sosial hanya jadi pemicu, sementara akar masalahnya jauh lebih dalam: ketidakadilan ekonomi, kesenjangan, dan elite yang gagal jadi teladan.
Indonesia jelas harus belajar. Dengan populasi muda yang besar, energi pemuda bisa jadi modal emas menuju 2045. Tapi kalau dibiarkan frustrasi, energi itu bisa berbalik jadi api perlawanan.(Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”