“Desa Cinta kini punya dapur bergizi gratis. Tapi di balik seremonial dan sambutan manis Sekda, fakta pahit tetap tersaji: ribuan anak Garut baru bisa menikmati makanan sehat kalau ada program pemerintah, sementara dapur rumah mereka sendiri masih sering kosong.”
LOCUSONLINE, GARUT – Pemerintah Kabupaten Garut meresmikan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Desa Cinta, Kecamatan Karangtengah, Rabu (10/9/2025). Sekretaris Daerah (Sekda) Garut, yang hadir langsung dalam acara tersebut, menekankan pentingnya keamanan dan kebersihan makanan yang disalurkan melalui program ini.
Menurut Sekda, setiap proses mulai dari persiapan hingga penyajian harus diperiksa secara detail untuk memastikan makanan yang diberikan layak konsumsi. Ia menegaskan, hal itu krusial agar tidak ada mikroba berbahaya yang justru mengancam kesehatan anak-anak penerima manfaat.
“Saya sudah menugaskan Kepala Dinas Kesehatan untuk senantiasa memantau, melakukan evaluasi, dan monitoring apa yang terjadi,” ujar Sekda.
Baca Juga : Bupati Garut: Pendidikan Harus Profesional, Data Bilang Sebaliknya
Kepala SPPG Desa Cinta, Sagita Megantara, menyampaikan rasa syukur atas berdirinya dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) pertama di Kecamatan Karangtengah. Ia menjelaskan, dapur tersebut dibangun dengan standar Badan Gizi Nasional (BGN) serta mendapat dukungan penuh dari unsur TNI, seperti Danramil dan Babinsa setempat.
“Alhamdulillah, hari demi hari, waktu demi waktu, MBG Desa Cinta ini menjadi pelopor pertama berdirinya MBG di Kecamatan Karangtengah,” kata Sagita.
Sagita merinci, dapur MBG Desa Cinta akan melayani total 4.000 penerima manfaat, yang terdiri dari:
- 862 anak (TK, RA, KB, SD kelas 1–3)
2. 2.337 siswa (SD kelas 4–6, MI, SMP, MTs, SMA, SMK, MA)
3.162 balita
4. 65 ibu menyusui
5. 574 ibu hamil
Selain fokus pada pemenuhan gizi, program ini juga diarahkan untuk menggerakkan roda ekonomi lokal. Salah satunya melalui kerja sama dengan Koperasi Merah Putih yang ditunjuk sebagai pemasok bahan pangan.
Dalam kesempatan itu, Sagita menyinggung visi Indonesia Emas 2045. Menurutnya, mustahil Indonesia bisa menjadi negara adil dan makmur jika masalah gizi buruk, stunting, dan kurang energi kronis masih menghantui generasi muda.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”









