“Demo tambang di Parung Panjang sejatinya memperlihatkan siapa yang paling dirugikan. Sopir truk kehilangan setoran, pengusaha kehilangan laba, sementara rakyat kehilangan jalan, kesehatan, bahkan nyawa.”
LOCUSONLINE, BANDUNG – Demonstrasi sopir truk, pengusaha angkutan, dan penambang yang meradang akibat tambang ditutup sementara di Parung Panjang, Rumpin, Cigudeg, dan Tenjo, ditanggapi dingin namun tegas oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM).
Alih-alih larut dalam drama kehilangan mata pencaharian, KDM justru menyingkap ironi besar: ratusan nyawa rakyat melayang di jalan raya hanya demi mengantar keuntungan segelintir pengusaha tambang.
“Dari 2019 sampai 2024, ada 195 orang meninggal, 104 luka berat karena truk tambang. Tapi seolah-olah kita pura-pura buta, seolah kerugian itu bukan bagian dari ongkos tambang,” sindir KDM, Senin (29/9/2025).
Menurut KDM, jalan provinsi yang baru diaspal Pemprov seperti lapisan martabak: belum sempat dinikmati, sudah hancur dilindas truk toronton penuh muatan. Uang perbaikan keluar lagi puluhan miliar hingga triliunan rupiah dari kantong rakyat pembayar pajak.
“Yang rugi rakyat, yang bayar rakyat. Yang untung? Segelintir penambang. Itu pun sering pura-pura tidak tahu kalau aspal amblas gara-gara rodanya sendiri,” ucapnya dengan nada getir.
Gerakan Tanam 1.000 Pohon di Sukawangi: Pohon Tumbuh, Janji Ekonomi Hijau Masih Menunggu
KDM juga menyindir para penambang yang kerap mengeluh rugi saat tambang ditutup. Padahal, warga sekitar sudah lama “ditraktir” debu tambang, ISPA gratis, dan bonus depresi akibat deru truk setiap malam.
“Kita ini hidup di Jawa Barat, bukan di gurun tambang. Kalau rakyat harus membayar dengan sakit dan penderitaan, apakah itu masih bisa disebut rezeki halal?” cetusnya.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”