
Oleh: Catur Azi (Ketua AMKI Jawa Barat)
LOCUSONLINE, BANDUNG – Revolusi digital telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan, tak terkecuali dunia pers dan industri media. Jika dulu media cetak menjadi raja informasi, kini dunia pers berada dalam pusaran arus digital yang serba cepat dan penuh tantangan. Transformasi ini bukan sekadar perubahan teknologi, melainkan juga perubahan paradigma dalam memperoleh, mengelola, dan menyebarkan informasi.
Digitalisasi membuka ruang luas bagi pelaku pers untuk menjangkau audiens tanpa batas. Berita tak lagi menunggu koran pagi, informasi kini hadir real-time di genggaman masyarakat melalui gawai pintar. “Kecepatan menjadi nilai utama, dan media yang mampu menyajikan berita aktual serta akurat akan memenangkan perhatian publik,” ujar Catur Azi.
Namun, peluang besar ini dibarengi tantangan yang tak kalah kompleks. Persaingan antar-media semakin ketat, dilema kecepatan versus akurasi kian tajam. Banyak media tergoda mengejar klik dan engagement semata, mengorbankan verifikasi dan validitas informasi. Akibatnya, hoaks, sensasionalisme, dan bias pemberitaan menjadi ancaman serius bagi integritas jurnalistik.
Baca Juga : Pemprov Jabar Diminta Audit Proyek Strategis TPPAS Nambo dan Legoknangka yang Mangkrak
Dari sisi ekonomi, media juga menghadapi perubahan drastis. Pendapatan iklan yang dahulu menopang media cetak kini bergeser ke raksasa digital seperti Google dan Meta. Banyak perusahaan pers kesulitan menjaga keberlanjutan bisnis. Sebagian beralih ke model langganan, donasi pembaca, atau kolaborasi kreatif. Namun, tidak semua mampu bertahan dalam persaingan keras ini.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”