Baca Juga : Bupati Garut Kirim “Pasukan Bawang” ke Brebes, Siap Serbu Harga dan Inflasi
Di tribun, penonton bersorak, sebagian karena bangga, sebagian karena mic panitia sempat feedback berkali-kali. Tapi tak ada yang menyangkal: suasana begitu hidup. Para remaja dari berbagai kota di Priangan datang dengan sepatu voli dan semangat yang masih orisinal belum disponsori partai politik manapun.
Selain semangat persatuan, turnamen ini juga menjadi ajang pencarian bibit atlet muda. “Kami ingin menjaring talenta dari Priangan Timur,” ujar panitia, berharap suatu hari nanti Garut bisa punya pemain nasional yang namanya bukan hanya dikenal karena viral di TikTok.
KNPI Cibiuk pun berjanji menjadikan turnamen ini agenda tahunan. Sebab, menurut Habibie, membina pemuda itu seperti merawat net voli kalau tidak dipasang tegak, nanti semua bola nyangkut di tengah jalan.
Dan ketika sore terakhir turnamen tiba, matahari tenggelam di atas GOR Majasari, memantulkan cahaya ke bola yang masih memantul. Dari lapangan sederhana itu, api Sumpah Pemuda 2025 seperti menyala lagi tidak di gedung parlemen, tapi di tangan anak muda yang memukul bola dengan harapan: satu semangat, satu Indonesia, satu set lagi! (Bhegin)

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”