“Kunjungan Dedi Mulyadi ke pabrik air mineral setidaknya membuka dua fakta: Pertama, air botol bukan berasal dari mata air yang bening di kaki gunung. Kedua, masih banyak pejabat yang lebih haus klarifikasi ketimbang air itu sendiri.”
LOCUSONLINE, SUBANG – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM) tampaknya baru menemukan rahasia yang selama ini tersimpan rapat di balik label “air pegunungan” di botol-botol air mineral. Dalam kunjungannya ke sebuah pabrik air minum dalam kemasan (AMDK) di Subang, Dedi sempat terperangah bukan karena harga galon naik, tapi karena sumber airnya ternyata dari bawah tanah.
“Ngambil airnya dari sungai?” tanya Dedi polos dalam video yang viral di kanal YouTube resminya, @KangDediMulyadiChannel.
“Dari bawah tanah, Pak,” jawab seorang pekerja dengan ekspresi netral khas karyawan yang sudah menjawab pertanyaan serupa 300 kali sehari.
Dedi sontak kaget. “Bawah tanah? Sumur bor? Kirain dari mata air pegunungan.”
Reaksi itu langsung jadi bahan obrolan publik sebagian ikut kaget, sebagian lagi bingung: bukankah semua air memang berasal dari bawah tanah, kecuali yang di ember?
Video itu pun memantik perdebatan nasional kecil-kecilan di kolom komentar. Ada yang menuduh pabrik membohongi publik, ada pula yang menyarankan agar gubernur membuka YouTube lain: National Geographic.
Padahal, faktanya, hampir semua air mineral di dunia memang diambil dari bawah tanah. Dari Jerman hingga Cibinong, dari Kanada sampai Cianjur, air pegunungan hanyalah istilah romantis untuk “air sumur dalam bertekanan tinggi”. UNESCO bahkan punya lembaga khusus bernama IGRAC yang meneliti air tanah bukan air yang jatuh dari langit seperti harapan warga saat musim kemarau.

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”