“Papua bisa jadi panggung pembuktian: bahwa politik pembangunan itu bukan sekadar proyek, tapi urusan martabat.”
LOCUSONLINE, MANUKWARI – Ada yang bilang Gibran “diasingkan” ke Papua. Lucu juga, ya. Seolah Papua itu tempat pembuangan pejabat yang “tak laku di Jakarta.” Padahal, kalau mau jujur, siapa pun yang dikirim ke Papua justru dikasih PR paling berat: menjaga ujung timur republik tetap menyala.
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menepis keras narasi itu. Katanya, “Papua bukan tempat pengasingan, tapi bagian dari NKRI yang harus diperhatikan.” Ya betul juga. NKRI bukan kos-kosan pusat–daerah yang isinya cuma levelan “dalam kota” dan “luar kota”. Semua bagian penting. Cuma memang, perhatian sering timpang. Jakarta terlalu silau, Papua terlalu jauh dari headline.
Baca Juga : Jonan ke Istana: Pensiunan yang Datang, Bukan untuk Menyelamatkan Whoosh
Tapi, boleh jadi, kata “diasingkan” itu bukan soal geografis. Mungkin lebih ke politik. Biasalah, kalau seseorang sudah mulai geser posisi atau keluar jalur arus besar, selalu ada yang nyinyir: “Lihat tuh, disuruh ke Papua.” Padahal, siapa tahu itu justru promosi lapangan, bukan demosi politik.
Gibran sendiri terlihat santai. Malah sibuk menyiapkan lembaga baru: BP3OKP dan Komite Eksekutif Otsus Papua. Katanya, orang-orangnya “terpilih dan paham masalah.” Semoga bukan “orang terpilih karena paham siapa,” ya.
Kalau semua niatnya benar, Papua bisa jadi panggung pembuktian: bahwa politik pembangunan itu bukan sekadar proyek, tapi urusan martabat.
Dan kalau berhasil, mungkin nanti orang Jakarta malah rebutan “dikirim ke Papua” biar bisa disebut, “lagi tugas negara.”*****

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














