Garut memang rawan bencana, tapi lebih rawan lagi kalau mental “tanggap darurat” hanya aktif ketika kamera menyorot. Selama masih ada warga yang menganggap sungai sebagai tempat buang limbah, atau pejabat yang menganggap mitigasi hanya soal anggaran, maka kesiapsiagaan kita tak ubahnya payung yang baru dicari saat hujan turun.
Apel sudah selesai. Pasukan bubar dengan tertib. Cuaca siang itu cerah sementara awan di utara mulai menumpuk.
Garut siaga, katanya. Semoga kali ini benar-benar siaga, bukan siap kalau sudah terjadi lagi.*****

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














