“Hayu ngurus lembur nata kota. Orang desa tetap bertani, orang kota menata kota bersama. Jaga kebersihan lingkungan.”
Ia juga menyinggung program “Ngosrek”, inisiatif Bupati Saepul yang menekankan kolaborasi warga dalam menjaga keamanan dan ketertiban.
Semuanya bermuara pada satu hal: Purwakarta harus rapi, bukan hanya di laporan, tapi juga di laku.
Kepala Desa Sindangpanon, Denden Pranayuda, yang juga Ketua DPC Apdesi Purwakarta, tampak puas desanya dipilih sebagai lokasi penutup.
“Ini kegiatan yang dinantikan warga. Mereka bisa urus dokumen tanpa harus jauh-jauh,” katanya, sambil mengucapkan terima kasih pada “Om Zein” dan Dandim yang hadir dalam rapat koordinasi kepala desa se-kabupaten.
Menjelang sore, tenda pelayanan mulai sepi. Tapi gema pesannya masih terasa: pemerintahan yang baik bukan hanya soal program, tapi cara menyentuh rakyat.
Purwakarta menutup 2025 bukan dengan janji baru, tapi dengan layanan nyata yang turun ke tanah.*****

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














