LOCUSONLINE, MATARAM– Minggu pagi di Taman Udayana biasanya diisi lari santai, kopi saset, dan warga yang sibuk mencari sudut terbaik untuk swafoto. Namun 16 November 2025, suasana berubah drastis. Ratusan anak muda, pegiat lingkungan, komunitas seni, dan warga umum menumpuk di simpang Tugu Pesawat. Mereka bukan datang untuk CFD semata mereka membawa tuntutan yang lebih keras daripada suara gendang Beleq: transisi energi bersih dan keadilan iklim, sekarang juga.
Koalisi Rakyat dan Mahasiswa NTB memilih CFD sebagai panggung, mungkin karena pejabat negeri ini paling sulit ditemui kecuali saat olahraga pagi. Aksi yang merupakan bagian dari gelombang global Climate Strike ini bergerak dengan long march menuju area Car Free Day, menyedot perhatian publik yang mulanya hanya berniat jogging.
“Orang muda menolak hidup di dunia yang rusak akibat keputusan hari ini,” ujar Nur Khotimah di sela aksi. Kalimat pendek, tapi cukup untuk mengingatkan bahwa generasi pewaris negeri justru sedang mewarisi krisis.
Poster, Puisi, dan Sindiran untuk Negara Fosil
Sepanjang aksi, peserta membawa poster kreatif yang isinya tak kalah pedas dari editorial surat kabar. Ada instalasi seni kecil, pembacaan puisi, dan teatrikal singkat bertema Just Transition Now. Gendang Beleq pun ditabuh, seolah mengiringi pemakaman simbolik bagi energi fosil yang tak kunjung dipensiunkan.
Dari ekspansi tambang di NTB, kekeringan berkepanjangan, banjir, konflik agraria, hingga hilangnya ruang hidup semua dibentangkan di muka publik. Masalah-masalah itu selama ini berputar seperti kaset tua: sudah sering diputar, tapi tak pernah diselesaikan.
“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”
