Baca Juga : DPR Siap Sahkan RKUHAP Hari Ini: Paripurna yang Jalan Terus Meski Kritik Berlapis seperti Daun Lontong
Prediksi Ekonomi: Optimistis, Asal Media Nggak Kalem
Meski sedang rajin menyenggol dunia pers, Purbaya tetap optimistis ekonomi kuartal IV akan melonjak di atas 5,5 persen. Dengan catatan: jurnalis mulai kembali vokal. Rupanya, di era fiskal modern, pertumbuhan PDB bisa dipacu oleh keberanian headline.
Ia mengklaim ekonomi sudah pulih, meski belum jelas apakah pemulihan itu karena kebijakan moneter, belanja pemerintah, atau karena wartawan mulai kembali cerewet.
Kemerdekaan Pers: Turun, Tapi Kritik Tetap Diminta
Di tengah ajakan agar media lebih lantang, data justru berkata sebaliknya: Indeks Kemerdekaan Pers (IKP) Indonesia turun dua tahun berturut-turut. Dari 77,78 pada 2022, jeblok ke 71,57 pada 2023, lalu kembali turun menjadi 69,36 pada 2024 terendah sejak 2019.
Reporters Without Borders (RSF) bahkan menempatkan Indonesia di peringkat 127 dari 180 negara, masuk kategori “situasi sulit”. Namun Purbaya tetap optimistis: ruang kritik boleh sempit, tapi suara wartawan diharapkan tetap nyaring.
Sinergi yang Membingungkan
Pemerintah berharap pers tetap menjadi pengawas kebijakan, sementara pers berharap ruangnya tidak makin menciut. Semua pihak berbicara tentang sinergi, transparansi, dan kritik konstruktif walau praktiknya lebih mirip permainan tarik-ulur: pemerintah minta jurnalis berteriak, tapi pagar pembatasnya makin tinggi.
Di tengah semua ini, satu hal menjadi terang-benderang nasib ekonomi Indonesia kini resmi dititipkan pada volume kritik media. Kalau ekonomi melemah lagi, mungkin para wartawan harus bersiap jadi tersangka fiskal tingkat nasional.*****

“Jangan tunggu mampu dulu untuk memberi, tidak usah sempat dulu untuk berbuat baik”














